Microsoft Tuding Iran Dalang di Balik Aksi Peretasan Majalah Prancis Charlie Hebdo

memuat…
Seorang warga Prancis terlihat membeli majalah satir Charlie Hebdo yang kerap mengolok-olok pemimpin dunia. Foto: Reuters
IRAN – Situs web majalah satir Prancis Charlie Hebdo diretas pada awal Januari 2023. Diduga, penyebabnya karena majalah kontroversial tersebut menerbitkan serial kartun satir yang menggambarkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei.
Karikatur itu dimaksudkan untuk mendukung protes anti-pemerintah di negara Muslim yang dipicu oleh kematian wanita Kurdi Mahsa Amini di tangan polisi.
Iran mengatakan akan mengambil “langkah efektif” untuk menanggapi karikatur yang dianggap menghina pemimpinnya.
Negara itu telah memanggil utusan Prancis di Teheran, sekaligus menutup kegiatan Lembaga Riset Prancis di Iran. Bahkan, Iran mengklaim sedang menilai kembali aktivitas budaya Prancis di negara tersebut. Pada saat yang sama, situs web Charlie Hebdo juga diretas.
Tim keamanan Microsoft akhir pekan lalu mengatakan bahwa dalang di balik peretasan tersebut berasal dari Iran. Diduga, kelompok peretas mendapat dukungan dari pemerintah Iran.
Tindakan meretas situs web Charlie Hebdo adalah untuk mencuri dan membocorkan data pribadi pelanggan.
Menurut peneliti Microsoft, peretasan di situs web Charlie Hebdo adalah bagian dari operasi digital yang menggunakan teknik serupa dengan yang digunakan oleh aktivitas peretasan yang didukung pemerintah Iran.
Artinya, kelompok yang sama yang sebelumnya diidentifikasi oleh pejabat Departemen Kehakiman AS melakukan “kampanye multifaset” untuk ikut campur dalam Pemilihan Presiden AS 2020. Iran membantah tuduhan tersebut.
Kelompok hacker tersebut menyebut dirinya Holy Soul atau Jiwa Suci. Mereka mengklaim memiliki akses ke nama dan detail kontak lebih dari 200.000 pelanggan Charlie Hebdo.
Dalam unggahan tersebut, mereka mengatakan akan menjual informasi tersebut seharga 20 bitcoin (USD 470.000 atau Rp 1 miliar).