Teriak Panggil Bapak-Loncat ke Lapangan

Jakarta –
Keluarga Dinar Candy juga merasakan gempa yang mengguncang Cianjur dan sekitarnya. Seperti diketahui, keluarga besar Dinar Candy tinggal di Cianjur. Saat gempa bermagnitudo 5,6 terjadi pada Senin (21/11/2022), adik Dinar Candy bernama Cecep tidak bersama keluarganya. Cecep pernah belajar di Pondok Pesantren Al Uzlah.
Karena Cecep terpisah dari keluarga lain, Dinar Candy pun panik dengan kondisi adiknya. Pasca gempa terjadi, ia menyempatkan diri mengunggah di media sosial untuk meminta bantuan masyarakat agar bisa membantu menemukan adiknya. Beruntung Cecep akhirnya ditemukan oleh ayah Dinar Candy yang dengan cepat pindah ke Pondok Pesantren Al Uzlah untuk mencari Cecep.
Menurut Acep, ayah Dinar Candy, kondisi jalan di sekitar lokasi gempa rusak. Hal itu menambah kekhawatirannya terhadap kondisi Cecep yang saat itu belum ia temui. Beberapa saat setelah gempa, Acep langsung mengendarai sepeda motor menuju pesantren.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Kejadiannya jam setengah dua mulai goyang. Ada apa ini, lalu mobil di depan mau ambruk. Semua tetangga teriak, dzikir kepada Allah SWT. Saya lihat rumah retak di luar, tidak ada apa-apa di dalam. bapak nelpon pemilik pesantren, saya tidak angkat, sampai (hp) mati, mati lampu, saya tidak bisa komunikasi lagi,” kata Acep yang kini berada di kediaman Dinar Candy.
“Pukul 4 baru saya kejar dia (Cecep ke pesantren) naik motor di daerah Pacet. Ayah di jalan, semua bangunan roboh. Semua jalan, akses jalan,” ujarnya. lanjutnya, kesulitan menceritakan situasi di Cianjur yang dialaminya beberapa waktu setelah gempa.
Berita banyaknya korban jiwa membuat keluarga Dinar Candy semakin khawatir. Acep pun menangis dalam perjalanan mencari Acep. Sedangkan gempa masih susulan setelah gempa pertama.
Acep merasakan goncangan tanah dalam perjalanan menuju pesantren tempat Cecep tinggal dan belajar. Sesampainya di sana, ia melihat semua siswa laki-laki dan perempuan sudah berada di luar dan berkumpul untuk menyelamatkan diri. Beberapa siswa terluka dan berlumuran darah.
“Ayah langsung ke asrama, semua siswi, siswi menangis. Banyak yang dijemput, ada yang belum dijemput. Situasinya kacau balau. Para siswi lapar, mereka disuapi, kamu menangis,” ujarnya. sambil menjelaskan situasi pasca gempa di pesantren adik Dinar Candy.
“Sampai di pesantren, kamu naik turun. Kami tidak melihat dia (Cecep). Lalu kamu berbalik. Lalu dia (Cecep) berteriak, ‘Tuan-tuan’ saya peluk dia terus, lemas terus. Alhamdulillah,” dia berkata.
Cecep menuturkan, saat gempa terjadi, awalnya dia mengira hanya temannya yang suka menggoyang-goyangkan kursinya untuk iseng. Setelah mengetahui tentang gempa dan berusaha melarikan diri, banyak temannya panik dan dia menjadi lemah.
“Saya sekolah lagi. Pas masuk ada getaran. Teman saya bilang, ‘Itu yang suka goyang bangku (sambil menunjuk ke teman)’. Lalu langsung ada gempa besar. Saya panik., ketika Saya panik, saya tidak bisa lari.” kata Cecep, adik Dinar Candy.
“Waktu saya lari mau naik tangga, tangganya roboh. Orang harus naik tangga, tangganya roboh akibat benturan. Saat itu lapangan sangat ramai,” lanjutnya menggambarkan suasana mencekam yang dilihatnya saat itu. Beberapa temannya bahkan berani terjun ke lapangan dari lantai atas sekolah.
(aay/wes)